Jumat, 23 Juni 2017

Semarak Ramadan WP 1438 H: Terus Belajar, Terus Bersyukur, Belajar Bersyukur


Apa yang menyebabkan doa tidak diterima Allah Subhanahu wata ala? Setidaknya ada tiga faktor  penyebab. Menukil Syekh Imam Hasan Al Basri, Ustad Rohmat menyampaikan, pertama: kita selalu meminta kepadaNYA tapi tidak menjalankan perintahNYA. Kita minta melulu tapi apa yang Allah perintahkan tidak kita kerjakan. Minta nih banyak kita; biar rejeki banyak, biar dapat cewek yang cakep, biar kuliah sukses, tapi shalatnya kaga, ungkapnya dalam tausiyah Buka Puasa STIE Widya Persada serta Santunan Yatim dan Dhuafa, Depok (18/6/17).




Dudukkan Tauhid

Kedua, kita bersyukur baru sebatas manis di bibir saja.

“kita bersyukur baru di lisan, tapi belum di kalbu. Sering kita berbohong kepada diri sendiri. Gua mah udah ikhlas banget, udah beriman, bersyukur. kalau kotoran mudah dibersihkan, tapi kotoran hati susah, kecuali kita beristigfar, tuturnya.

Imam Ghazali, lanjut Ustad Rohmat, berkata, walau dosa itu kecil tapi kalau kita tumpuk terus menerus akan menjadi besar. Walau dosa itu besar kalau kita gempur dengan istighfar, insya Allah akan terkisis hancur juga.

Ketiga, yang menyebabkan doa kita tidak diterima Allah azza wajalla, banyak yang mendendangkan ayat Al Quran tapi tidak membumikannya.

"Banyak orang mendendangkan Al Quran tapi ajarannya dia tidak jalani," imbuhnya.

Karena itu, jelas Ustad Rohmat, teguhkan kalimat tauhid saat kita mendirikan shalat.

“Makanya dudukkan kalimat laa ilaaha ilallah, di saat kita shalat inna shalati wa nusuki wa mahyaaya mamaati lillahi rabbil aalamin. Biar duduk perkataan kita sama Allah. Itu tauhid. Kita kembalikan semua kepada Allah, baik urusan dunia, rejeki, jodoh, maut, takdir. Yang penting belajar bersyukur, intinya kita belajar bersyukur. Jalani saja," jelasnya. 

Terakhir, ustad Rohmat berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk tidak cengeng, percaya dengan Allah, dan hakkul yakin. Walau lelah jangan pernah mengeluh, kembalikan semua kepada Allah SWT. Sehingga jalan hidup kita menjadi lapang. 



Blusukan Mahasiswa

Usai berbukapuasa, para mahasiswa pun sepakat, alangkah lebih utama jika santunan dan bingkisan kita antarkan kepada para yatim dan dhuafa. Jadilah kami malam itu, sempat menunggu agak reda, masih diiring rintik hujan, mengetuk pintu demi pintu, menebar senyum, menyampaikan amanah, dan bermohon keridhaan Allah di salahsatu malam terakhir Ramadan. Tak mengira, berjalan kaki bersama menempuh malam bisa sebegitu syahdu.

Sebelas bulan lamanya kita disibukkan dengan urusan dunia yang mencengkram lengan dan membatasi gerak. Maka upaya manajemen waktu menjadi sesuatu yang layak kita perjuangkan di bulan suci yang kembali kita berkesempatan merasakan lagi ini. Untuk tidak sekadar bertemu, juga silaturahim, mempererat pertemanan menjadi sahabat demi menguatkan persaudaran.

Terima kasih teman-teman. Kembali kita buktikan bahwa kita bisa dan biasa. Saking sering saling berbalas komen di dunia maya, hingga bertemu di dunia nyata saja dianggap sulit. Tapi toh ternyata kita bisa seharian itu solid. Selamat jalan Ramadan. Baru mau pergi tapi kami sudah kangen lagi. Semoga kita dapat mereguk nikmat ramadan kembali.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar