Senin, 22 Desember 2014

Duhai Malam, Datanglah di Pagi!

Catatan dari Acara Bazaar, Workshop, dan Pensi WP

“Gue jadi pengen masuk pagi, bang”, kelakar Vaisal, drummer kami, saat pertamakali tiba di tempat kejadian perkara: “Bazaar, Workshop  dan Pentas Seni” STIE Widya Persada (WP) bertema: “Berdikari dalam Berkarya”, Kampus Warung Buncit, Sabtu pagi (20/12/14). 




Disambut Hujan

Suasana pagi hari bikin warnawarni lebih kentara tersemburat. Jadi lebih marak. Apalagi hari ini ada acara. Impresi ini, maklumlah, kami lebih sering kebagian temaram kampus tercinta kita ini. Disandingkan mood kelelahan usai bekerja dan mengais peruntungan yang masih menempel di kerah baju. Bawaanya, kalau bisa selesai kuliah lebih awal, say hi dengan kawan seadanya, lantas cabut lagi.  Bahkan ada yang langsung bekerja setelahnya, karena harus tunaikan shift malam.

Jadi ini acara seluruh anak kampus WP Warung Buncit:  the Wipers, dan jarang sekali WP bikin event. Mahasiswa kuliah malam diundang berpartipasi dalam kegiatan menyambut hari kesetiakawanan sosial itu. Jadi kami berupaya datang. Kalau tidak Kawit, Fajar, dan kawan-kawan mahasiswa sabtu bela-belain berkunjung ke kelas malam, mengabarkan rencana kegiatan ini, kami mungkin tidak tahu banyak. Mungkin  juga tidak ada yang datang. Btw,  ini bukan kali pertama mereka datang. Untuk baksos tahun lalu, mereka pun menyambangi kami.


“Yang penting kita ingin mahasiswa malam datang meramaikan, bang,” begitu ajak Kawit berulang-ulang kepada saya. Insya Allah, Bro, saya menjawab di ambang optimistis. Aktvitas utama tiap mahasiswa membuat jarak antara mahasiswa WP yang masuk pagi (senin-kamis) sabtu pagi, dan malam (senin-kamis) WP cukup lebar. Bisa ngobrol satu sama lain saja merupakan momen langka.


Setelah beberapakali mereka datang menyosialisasikan acara, Alhamdulillah satu demi satu, mahasiswa sudah ada yang merespon, mulai dari bertanya waktu dan tempat hingga beneran datang dan bergabung di keriaan. Yep, mahasiswa malam memang unik :)   

So here we are, kami benar datang. Fiki, kawan yang baru kami kenal di  H-4, waktu diajak Ramlan gabung latihan band, tersenyum lebar datang menghampiri kami.  Mengabarkan kondisi terkini. 

“Ada dua gitar, gitar listrik cuma satu,” sebut dia usai mengikat senar-senar di bodi Les Paul untuk nanti. Tak apa Fik, yang penting kita bisa berbagi panggung. Fiki jadi gitaris dan backing vocal band kami. Musik terbukti sekali lagi jadi  bahasa universal, yang mudah mengakrabkan, selain #uhuk# rokok.


Pak Isnardono, dosen yang tidak sungkan bangkit dari kursi mendatangi kami, bertanya antusias.” Nanti kalian main, An?, Saya nyengir dan mengangguk.

 “Wah pengen lihat. Saya cuma bisa sampai jam 12. Ada acara keluarga. Saya di sini sampai kalian selesai manggung” tandasnya. Saya tengok mengabsen personil, satu lagi yang belum kelihatan batang hidungnya. Hujan mulai turun.   


Hadir juga Ibu Intan Arsitia, Bapak Masrur, Bapak Lukman (tidak ada di gambar), dan Ketua Panitia Kawit yang sumringah melihat kami datang.



Maksimalkan yang Ada



Tak kenal maka tak sayang. Silaturahim membuka lebar segala kemungkinan. Saya saja tak pernah tahu ada mahasiswi pagi yang mahir melukis dan, ehem, manis. Wahab, pembetot bas band kami, surprise ada mahasiswi yang tampil bawain satu nomor dari band kesukaannya: Dear God by A7x. Helmi gitaris kami, si anak ideologis Kurt Cobain ini takjub. Dia nyaris tertukarlihat antara personil the Virgin dan salahsatu mahasiswi pagi. Baiklah cukup.

Berbagai stan penjualan berjajar di sepanjang koridor kampus. Ada juga penyediaan makanan bernustrisi, bubur kacang hijau dan roti, dan kopi. Gratis. Baru datang kami sudah ditawarkan. Kami pun sempat berfoto bersama di kelas yang disulap jadi studio foto darurat. Tidak kalah sama punya Darwis Triadi. Ada juga sablon kaos gratis nama kampus dengan beberapa pilihan desain menarik. Bikin makin bangga dikenakan di dada: “STIE WIdya Persada, Saatnya Berkarya, Bukan Bergaya”.  



Satu persatu para penampil naik ke panggung, diselingi celotehan kocak MC Anggi dan Maya. Belakangan mereka jadi magnet tersendiri. Terutama saat dangdut deras membahana. Berguncang. Semua turun. Bergoyang. Indeed, dangdut is the music of my country. Dan sakitnya tuh di sini. Saya sempat mengabadikannya. Ya, saya ada di sana. Di panggung yang berdangdut. Ikut bergoyang. Iya. Saya sendiri saja tidak percaya. Tapi kami jadi akrab. Saat itu tidak ada mahasiswa pagi siang malam STIE WIdya Persada. Yang ada Mahasiswa STIE WP.




Meski sempat dijeda hujan untuk mengamankan peralatan panggung, menjelang ashar  akhirnya kami dapat giliran tampil. Ya, lumayanlah untuk band yang baru terbentuk seminggu dan veteran yang kembali naik lagi, hehe. Sambutan pun menghangatkan. Seperti di rumah. Tunggu deh, kita memang di rumah, kok. Cuma beda waktu ketemuan saja.   

Ada satu pelajaran menarik yang bisa dipetik dari acara yang dilaksanakan di kampus ini, yakni: “maksimalkan yang ada”. Terlihat bagaimana semua unsur menopang dan melengkapi satu sama lain hingga acara terlaksana. Keterbatasan bukan alasan untuk tidak jadi. Semangat yang selama ini dikobarkan Bapak dan ibu Pengajar WP kepada kita, untuk tidak banyak beralasan and just do it!    


 Kembali tentang anak malam, memang butuh perjuangan ekstra menembus jam padat pulang menuju kampus menuntut ilmu di malam hari. Belum lagi sebagian besar kami pun masih harus beraktivitas lagi di akhir pekan. Tapi tetap yakin usaha sampai. Tekad membaja. Jadi, kawan–kawan menitipkan salam mohon maaf tidak dapat hadir. 

Terima kasih rekan-rekan mahasiswa yang berkontribusi dan berpartsipasi demi kelancaran acara tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan panitia yang memberi kami kesempatan berekspresi. Lebih dan kurang mohon maaf.

Lastly, I just wanna say this: duhai rekan-rekan mahasiswa malam, kalau ada keluangan, sempatkanlah datang ke pagi hari, balas kunjungan mereka. Mari eratkan silaturahim, karena kita keluarga. Selamat atas kesuksesan acara kali ini. Terima kasih Pak Jafri dan para pengajar WP yang telah mendukung kelancarannya.

Oh iya. Mohon maaf untuk Pak Dono yang tidak sempat menyaksikan kami. Tapi mungkin lebih baik tidak, Pak. Haha. Bercanda. Sekali lagi Selamat. Ke depan, insya Allah akan lebih baik dan meriah lagi. Semoga. (ark)



9 komentar:

  1. I like to hear that guys :)
    nice to meet youuuuu :D

    Suksesss selaluuu buat mahasiswa/i wp dan tetap jaga silaturahmi yang baik+kompak selalu :)
    _July_

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai juga ..

      tetep setia yaa jadi seksiiih dokumentasi, yang pastinya jadi jarang "nongol" di foto karna sibuk "moto" hehehehe

      Good Job guys!!!

      jempol deh ..

      Hapus
  2. Well done ... bravo guys .. never thought we have a journalist in wipers .

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekadar mencatat , kamerad. terlalu manis utk tdk dicatatkan :D

      Hapus
  3. wah mana postingannya lagi nih ???
    btw july tuh anak sabtu bukan anak pagi om, tapi coba aja ada anak pagi yg kaya cewe" sabtu, pasti gokil :p

    nice ah, udah hampir lupa sama nih acara tapi jadi inget lagi, hehe

    sory ye foto"nya ngaret, abis foto gw cuma dikit sih (nasib tukang foto)
    becanda deh, maklum banyak orderan :D

    oke deh dilanjut om postingannya
    salam wipers :)

    BalasHapus